Kamis, 07 Juni 2012

Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tangerang Selatan

KabarIndonesia - Di usianya yang masih muda, Kota Tangerang Selatan punya kesempatan besar untuk menentukan arah pembangunannya di masa datang. Kota ini akan dibangun dalam sistem grid yang memudahkan konektivitas antar wilayah. Begitulah rencana tata ruang dan wilayah Kota Tangerang selatan,ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tangerang Selatan Eddy AN Malonda. Eddy menilai bahwa kota pemekaran yang baru berusia kurang dari tiga tahun ini memiliki peluang untuk berkembang secara pesat mengingat potensinya yang besar. Jika Kota Tangsel punya moto cerdas, modern, dan religius, maka BAPPEDA (Tangsel) memiliki moto livable dan high-tech city. Ini karena Tangsel berada pada posisi strategis dan memiliki pusat pengembangan teknologi nasional. Lokasi Tangsel yang strategis itu, kata Eddy, menjadikan kota ini memiliki peran besar dalam menghubungkan tiga provinsi yang mengapitnya. Keterhubungan ini mensyaratkan jalur transportasi yang memadai antarwilayah, khususnya di empat wilayah yang akan menjadi jantung Kota Tangsel, yakni Kecamatan Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, dan Ciputat. Dengan perencanaan jalur transportasi yang baik, Eddy berharap akan tercipta kawasan hunian yang nyaman (livable) bagi warga. "Kalau sistemnya sudah terbentuk, nanti jalan-jalannya akan mengarah ke sistem grid. Ini butuh waktu, setelah lima tahunlah, dan masuk dalam RTRW (rencana tata ruang wilayah) selama 20 tahun," papar alumni Teknik Sipil Universitas Trisaksi Jakarta tersebut. Yang menjadi masalah adalah sebagian besar lahan di Kota Tangsel dikuasai oleh pengembang perumahan swasta. Lahan yang dikuasai oleh pengembang itu sebagian besar berada di kawasan Serpong dan Pondok Aren, keduanya telah dikembangkan secara lebih tertata (planned). Adapun untuk Ciputat yang masih tradisional (unplanned), Eddy merencanakan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan. "Bersama JICCA ,Pemerintah Daerah akan mulai melakukan land banking, tabungan lahan, agar nantinya kami mudah mengelola lahan ini. Sukses tidaknya kami tergantung pada bagaimana kami memaksimalkan 30 persen lahan di luar milik pengembang," ujar Eddy. Terhadap 70 persen lahan yang dikuasai oleh pengembang, Pemkot Tangsel akan mengupayakan perencanaan yang dibuat oleh pengembang itu sejalan dengan rencana pembangunan yang diharapkan pemerintah. Pemkot Tangsel akan mengawasi ketat setiap pengembangan perumahan ini agar peruntukan lahannya sesuai dengan rencana yang akan ditetapkan pemerintah. Mengenai konsep teknologi tinggi, Eddy menyebut kawasan riset teknologi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Kecamatan Setu sebagai modal besar untuk menerapkan konsep tersebut. Dengan penerapan teknologi tepat guna yang dikembangkan oleh Puspiptek ini, BAPPEDA mengharapkan agar warga Tangsel dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk menunjang kehidupan yang lebih baik. Eddy mencontohkan pengolahan sampah secara mandiri oleh warga sebagai salah satu langkah untuk menanggulangi permasalahan sampah di Kota Tangsel. Dengan pembuatan tempat pengolahan sampah terpadu berkonsep reduce, reuse, recycle (TPST 3R) di tingkat rukun tetangga (RT), ia mengharapkan masyarakat dapat memanfaatkan potensi keuangan dari sampah ini secara swadaya. Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:www.kabarindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar