Sabtu, 29 September 2012

Program Intensif SMAN 6 dan SMAN 70 Harus Dievaluasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi tawuran antara siswa SMA Negeri 70 dan siswa SMA Negeri 6 yang kerap terjadi akhirnya memakan korban. Menanggapi hal ini, Dinas Pendidikan DKI Jakarta meminta dua sekolah tersebut untuk mengkaji ulang program kurikuler maupun ekstrakurikuler. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, sekolah tersebut harus segera melakukan evaluasi terhadap program yang dijalankan, mengingat kejadian tawuran seperti ini tidak berhenti terjadi bahkan hingga jatuh korban. "Kalau sampai jatuh korban, berarti program intensif dua sekolah harus dievaluasi," kata Taufik saat dihubungi, Selasa (25/9/2012). Ia mengungkapkan bahwa pihaknya tidak berhenti menggagas program untuk meredakan konflik dua sekolah tersebut. Namun pihaknya meminta bantuan juga pada orang tua dan warga sekitar untuk terus mengawasi dan memantau perkembangan siswa dua sekolah ini. "Ke depannya, kami mohon bantuan semua pihak termasuk orang tua dan masyarakat," ujar Taufik. Untuk kasus kali ini, ia menyerahkan sepenuhnya pada pihak kepolisian karena telah masuk ranah pidana. Ia juga berharap agar pihak kepolisian dapat bertindak tegas dalam menangani kasus ini . "Peristiwa ini menunjukkan masih mental yang labil yang diekspresikan dengan cara destruktif," tandasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, aksi tawuran antara SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 kembali pecah dan akhirnya memakan korban jiwa. Salah satu siswa kelas X SMA Negeri 6, Alawy Yusianto (15) tewas setelah dadanya mengalami luka parah akibat sabetan celurit yang dibawa oleh siswa SMA Negeri 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar