Selasa, 22 Januari 2013

Sistem Drainase Tidak Terintegrasi, Pengembang Turut Perburuk Banjir

TANGSELOKE.com- Pemerintah Kota Tangsel menuding pengembang perumahan nakal turut andil dalam memperburuk musibah banjir. Walikota Tangsel, Airin Rachmi Diany mengatakan banjir turut disebabkan adanya pengembang perumahan yang tidak membuat saluran air atau membuat saluran air asal-asalan saja. “Setelah saya turun ke lapangan, ternyata ada drainase dari pengembangan perumahan yang tidak terintegrasi dan dibuat secara asal-asalan,” kata Airin Rachmi Diany (17/1). Akibat dari tidak terintegrasinya drainase, kata Airin, menyebabkan air meluap ke jalan dan rumah warga sekitar. Pemkot Tangerang Selatan pun telah memberikan teguran kepada pengembang perumahan yang berada di kawasan Bintaro itu. “Kedepannya, perizinan akan lebih ketat agar tidak ada kejadian seperti ini,” katanya. Penyebab lain banjir, lanjut Airin, adalah karena saluran drainase yang kecil dan kali yang masih dalam proses normalisasi. “Kami sudah berkoordinasi dengan Pemprov Banten agar ukuran kali di Tangsel dapat dilebarkan. Ada lahan yang perlu dibebaskan,” ujar Airin. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemkot Tangsel terdapat 31 titik banjir di Kota Tangerang Selatan. Kepala Seksi Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan, Rokhman menuturkan, beberapa titik yang diwaspadai yakni perumahan Villa Mutiara Kayu Gede I, perumahan Sekretaris Negara, Pondok Maharta, Taman Mangu Permai, Pondok Pucung Indah II dan Makam ABRI. Selain itu, Perumahan Pondok Payung Mas, Inhutani, Pondok Hijau, Cirendeu, Bukit Nusa Indah, Griya Bintaro, Ciputat Baru, jalan Arya Putra, Rooswood Garden, jalan Raya Maruga perumahan Puri Bintaro Indah. Kecamatan Serpong di ruas Tol BSD KM 8. BPBD juga memantau ketinggian air di situ agar dapat diantisipasi jika terjadinya luapan. (SN/TO)

APBD 2013 Kota Tangerang Selatan Ketuk Palu

abar6-Rapat paripurna persetujuan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (R-APBD) Kota Tangerang Selatan menjadi APBD 2013 mundur dari jadwal semula. Kegiatan yang awalnya diagendakan pukul 10.00 WIB baru bisa dilangsungkan pada dua jam lebih kemudian. "Saya mohon maaf karena undangan baru bisa disampaikan sekarang," ujar Ketua DPRD Kota Tangsel, Bambang P Rachmadi, Senin,(10/12/2012) Ditempat sama, Wakil Ketua II DPRD, Syihabudin Hasyim, dalam laporannya mengatakan, dalam pelaksanaan APBD 2013 terjadi beberapa perkembangan situasi dan kondisi. Mengakibatkan perlunya dilakukan penganggaran karena adanya kebutuhan peningkatan prioritas. Diantaranya, peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintah daerah. Mendesaknya peningkatan kualitas infrastruktur dasar. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Badan Anggaran DPRD telah melakukan pembahasan, pengkajian, pendalaman dan uji materi baik secara internal maupun eksternal," jelasnya. Proses pembahasan R-APBD 2013, lanjut Syihabudin, dilaksanakan dalam beberapa tahapan penting. Penyerahan Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) melalui rapat badan musyawarah pada Kamis (04/10/2012). "Finalisasi Raperda APBD Kota Tangerang Selatan tahun anggaran 2013 oleh Badan Anggaran bersama TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) Sabtu, 08 Desember 2012," ujarnya.(yud)

Senin, 21 Januari 2013

Mengais Rezeki di Tengah Banjir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, banjir merupakan musibah karena tidak bisa bebas beraktivitas. Namun hal itu tidak terjadi pada Ibnu (27) penarik gerobak pengangkut motor yang mencari peruntungan di depan Perumahan Ciledug Indah 1. Sudah sejak Senin (14/1) banjir melanda di Perumahan Ciledug Indah 1 dan 2, namun ketinggian air mengalami peningkatan signifikan sejak Kamis (17/1) yang mencapai satu meter. Tidak hanya itu, jalanan di depan Perumahan Ciledug Indah 1 dan 2 (Jalan Hasyim Ashari) tergenangi air setinggi 50-60 centimeter. Kondisi jalan yang tertutupi air tersebut membuat kendaraan terhambat untuk berjalan, terutama sepeda motor. Melihat kondisi itu, Ibnu melihat peluang untuk memanfaatkannya dengan mengangkut motor di gerobak besinya. Gerobak yang biasa dia gunakan untuk mencari barang bekas, diubahnya untuk mengangkut sepeda motor. Sebatang kayu sepanjang sekitar 50 centimeter diletakkan di atas gerobak Ibnu untuk menaikkan badan motor agar tidak terendam air. "Paling banyak mengangkut motor jenis bebek, kalau motor besar jarang karena mereka berani menembus banjir," ujar Ibnu saat ditemui di depan Perumahan Ciledug Indah 1 Kota Tangerang, Kamis (17/1). Hampir setiap tahun kedua perumahan itu menjadi langganan banjir, bahkan di tahun 2007 ketinggian air mencapai dua meter. Ibnu mengaku baru tahun ini dirinya memanfaatkan momen banjir di wilayah itu. Dia beralasan ingin menambah penghasilan karena untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. "Sekali angkut tarifnya bervariasi ada Rp 20.000 dan Rp 25.000," ujarnya. Dia mengatakan sehari bisa mengantongi pendapatan senilai Rp 300.000. Namun jumlah itu menurut Ibnu harus dibagi dengan empat temannya yang membantu proses pengangkutan tersebut. Menurut dia, proses pengangkutan itu harus dilakukan tiga orang karena beban motor yang diangkut sangat berat dan medan perjalanannya juga tidak selalu lancar. Hal itu menurut dia jalan tidak rata dan bisa mengakibatkan gerobaknya tidak seimbang. "Kami mengangkut sekitar 500 meter lebih dan saya rasa tarif itu wajar," ungkapnya. Penarik gerobak pengangkut motor yang lain Muhammad Nurodin (54) mengaku setiap kali banjir dirinya memanfaatkan momen tersebut. Hal itu dilakukannya untuk menutupi kebutuhannya seharinya yang tidak bekerja tetap. "Saya diajak teman untuk menarik gerobak, lumayan untuk menambah penghasilan," ujar Nurodin. Gerobak yang digunakannya menurut dia biasanya digunakan untuk mencari barang bekas. Dia mengatakan sudah sejak Selasa (15/1) dirinya mencari rezeki dengan cara tersebut dan hasilnya dibagi tiga dengan temannya. "Sehari bisa dapat Rp 300.000 tapi itu kan harus dibagi dengan tiga orang," kata pria yang tinggal di Kampung Dukuh Kota Tangerang itu. Jasa gerobak pengangkut motor disaat hujan memang banyak di wilayah tersebut, jumlahnya sekitar 30 gerobak. Tentu hal itu menimbulkan persaingan diantara mereka. Nurodin pun mengakui adanya persaingan tersebut, tetapi dia menganggapnya bukan masalah yang serius. Karena dia berkeyakinan rezeki yang didapatkannya sudah diatur tuhan. "Ya tentu bersaing, tapi kan sudah ada rezekinya masing-masing," katanya. Pengendara motor mengaku terbantu Para pemotor mengaku terbantu dengan kehadiran jasa gerobak pengangkut motor itu misalnya Robi (29) yang menggunakan jasa tersebut untuk menghindari mesin terkena air banjir. Menurut dia ,risiko masuknya air kedalam motornya sangat membahayakan karena bisa menghambat aktivitasnya untuk mengantarkan barang dari Jakarta ke wilayah Tangerang. Oleh karena itu, dia memilih menggunakan jasa tersebut. "Tarifnya Rp 30.000, dan saya memilih menggunakan jasa itu karena banjir ketinggiannya sampai lutut sehingga motor bisa mogok," kata Robi. Pemotor lain Najib (45) mengaku menggunakan jasa tersebut untuk mempersingkat lamanya perjalanannya menuju Cipondoh. Dia hendak menuju Cipondoh Kota Tangerang dari wilayah Meruya Jakarta Barat. Menurut Najib, Jalan Hasyim Ashari Kota Tangerang merupakan akses jalan tercepat untuk menuju Cipondoh. Karena itu dia menilai apapun yang terjadi lebih baik dihadapinya termasuk genangan air yang mencapai 60 centimeter itu. "Daripada muter lebih baik saya menggunakan gerobak ini karena bisa mempersingkat waktu jika lewat jalan ini," katanya. Dia merasa heran karena air pada hari Kamis (17/1) pukul 06.00 WIB tidak setinggi siang hari. Najib yang saat ditemui beserta anaknya menuju Cipondoh mengaku tidak keberatan dengan tarif yang ditetapkan penarik gerobak pengangkut motor itu sebesar Rp20.000. Nilai itu menurut dia sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan mereka mengangkut motor jenis bebeknya. "Tidak mahal tarif yang mereka kenakan karena sebanding," katanya. Namun diantara banyak pemotor yang menggunakan jasa itu, ada seorang pemotor yang tampak tergopoh-gopoh mendorong sepeda motornya. Sebuah motor matic warna merah didorong Lilik (29) sejauh sekitar 200 meter hingga sampai di jembatan depan pintu masuk Perumahan Ciledug Indah 1. Lilik mencoba menerobos genangan air di Jalan Hasyim Ashari khususnya antara Perumahan Ciledug Indah 1 hingga Ciledug Indah 2 namun tidak berhasil. "Saya tidak pakai gerobak karena mikirnya tidak terlalu dalam namun di tengah jalan genangan air hingga lutut," tandasnya. Lilik memilih mendiamkan motornya itu sekitar lima menit agar air yang masuk ke dalam motornya bisa keluar lalu dihidupkannya kembali. Ternyata setelah menunggu itu, dihidupkannya motor itu dengan "electric starter" dan kemudian menyala normal. "Biasanya kalau kena banjir saya diamkan dulu baru dinyalakan," ungkapnya. Lilik merupakan pegawai di sebuah perusahaan yang ada di Summarecon Gading Serpong Kota Tangerang Selatan. Dia menilai akses tercepat dari Jakarta yang menjadi tempat tinggalnya, menuju tempat kerjanya adalah jalan tersebut. Jalan Hasyim Ashari khusus di depan Perumahan Ciledug Indah 1 dan 2 merupakan akses utama warga Tangerang menuju berbagai wilayah di Jakarta atau pun sebaliknya. Hujan yang terus mengguyur wilayah itu menyebabkan aliran sungai di depan Perumahan Ciledug Indah 1 meluap dan memasuki wilayah perumahan serta jalan raya. Hikmah dari setiap kejadian pasti ada, termasuk musibah banjir. Ada yang bergumam kesal namun ada juga yang mencari rezeki diderasnya banjir yang melanda sebuah wilayah.

47 Jalan di Kota Tangerang Rusak Akibat Banjir

TANGERANG-Banjir yang terjadi beberapa hari di Kota Tangerang telah menyebabkan sejumlah jalan rusak. Bahkan Dinas PU Bina Marga, Kota Tangerang mencatat ada 47 jalan yang rusak lantaran banjir, Sebegitu mudahnya, jalan tersebut rusak karena banjir? Kepala Bida Bina Marga, Dinas PU Binar Marga Kota Tangerang Herry C Trunajaya menyatakan, kerusakan jalan memang dipicu oleh air. "Karenanya, kondisi jalan saat ini banyak yang berlubang di beberapa titik umumnya adalah titik tergenang air," ucap Herry. Ke- 47 ruas jalan yang mengalami kerusakan ringan sampai sedang diantaranya adalah, Jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan M Yamin, Jalan TMP Taruna, Jalan Daan Mogot, Jalan Husein Sastranegara, dan Jalan Suryadharma. "Kerusakan yang terjadi umum-nya berlubang, karena curah hujan yang tinggi," ujarnya. Sedangkan untuk jembatan, lanjut Herry, setidaknya ada 10 jembatan yang mengalami kerusakan, diantaranya yaitu Jembatan Satria, Jembatan Pintu Air 10 (Kecamatan Karawaci), Jembatan Bayur (Kecamatan Periuk) dan Jembatan Tanah Tinggi (Kecamatan Tangerang). "Untuk jalan, saat ini kami sedang melakukan perbaikan sementara dengan menggunakan paving blok, karena untuk pengaspalan tidak bisa dilakukan mengingat curah hujan masih cukup tinggi," ucapnya. Menurut Herry, untuk jalan yang sering tergenang air, pihaknya melakukan penyodetan aspal. Hal ini dilakukan agar air yang menggenangi badan jalan bisa dialirkan ke saluran air. "Kalau dihitung, total kerusakan tidak sampai 10 persennya dari total panjang jalan yang ada di Kota Tangerang," ucapnya. (DRA) 2 3

"Pak, Lapar Pak..."

Sejak banjir mulai merendam pada Kamis (17/1/2013), baru pada Senin (21/1/2013), air mulai surut dan memungkinkan korban banjir di Kampung Muara Baru, yang berbatasan dengan Pelabuhan Muara Baru tersentuh bantuan. Pada Senin (21/1/2013) siang, Kompas.com ikut bersama rombongan Brimob mengantar bantuan perahu karet untuk proses evakuasi. Dengan dua buah truk dan sebuah mobil pick up, rombongan Brimob harus bersusah payah untuk sampai ke kawasan Pelabuhan Muara Baru, titik aman yang terbebas dari genangan air, berbatasan langsung dengan Kampung Muara Baru. Di sepanjang jalan, dari Jalan Raya Pluit, Kecamatan Penjaringan, sampai ke Pelabuhan Muara Baru, ratusan warga mencoba mencegat rombongan Brimob. Padahal, rombongan tidak terlalu banyak membawa bahan makanan karena tujuan utamanya adalah untuk meninjau kondisi banjir, dan memberikan bantuan perahu karet. Seluruh anggota Brimob yang ikut dalam rombongan tampak kikuk menghadapi permintaan warga. Di satu sisi ingin membantu, tapi di sisi lain sadar akan potensi kericuhan yang terjadi bila tak semua warga menerima bantuan. "Pak lapar pak, lapar, Pak," kata beberapa anak korban banjir di Muara Baru. Lebih dari itu, puluhan warga mencoba menaiki truk Brimob dari belakang. Alasannya, para warga mengira rombongan Brimob membawa banyak bantuan dalam bentuk makanan dan obat-obatan. Namun, fakta berbanding sebaliknya. Para warga yang telanjur naik di dalam truk rombongan, dan ikut sampai ke Pelabuhan Muara Baru, menumpahkan keluh kesahnya kepada anggota Brimob. Namun, tetap saja terbatasnya stok makanan yang dibawa memaksa proses pembagian makanan dibagikan dengan super selektif. Anak-anak dan orangtua adalah prioritasnya. Setibanya di Pelabuhan Muara Baru, ratusan warga setempat langsung berlarian menuju rombongan Brimob. Para warga masih saja berharap mendapatkan bahan makanan dan obat-obatan dari rombongan Brimob yang datang. Beberapa anggota Brimob tampak memberikan beberapa bungkus roti isi coklat kepada anak-anak di lokasi. Hingga pukul 15.00 WIB, para warga yang ikut naik dalam truk Brimob masih bertahan di Polsek Wilayah Muara Baru. Bantuan tak mereka dapat, dan kembali ke rumah pun harus menunggu rombongan Brimob ini kembali. Mengingat jarak tempuh cukup jauh, ditambah ketinggian air banjir sampai pukul 15.00 WIB masih mencapai sekitar 80 sentimeter.

Mobil yang Terperangkap Ditarik dari UOB Plaza

Mobil dikeluarkan dengan cara ditarik oleh mobil derek. Mobil yang keluar berwarna kecokelatan karena bercampur dengan lumpur di lantai basemen. Mobil lantas diletakkan di area parkir belakang gedung ini. Saat ini, penyedotan air oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, juga masih tetap berlangsung.